Historia

"Lembah atau relung yang tenang"
Arti kata Songennep yang berasal dari bahasa Jawa Kuno
Ditemukan dalam Kitab Pararaton, cerita penyingkiran Arya Wiraraja dari Singasari
31 Oktober 1269 merupakan penunjukannya menjadi Adipati
Keraton Sumenep
Kediaman resmi Raja
Asta Tinggi
Pemakaman khusus Raja dan kerabat
Masjid Jamik Sumenep
Masjid iconin Sumenep

Keraton

Keraton Sumenep difungsikan sebagai kediaman resmi para Adipati dan tempat untuk menjalankan roda pemerintahan. Dibangun pada tahun 1781 dengan perpaduan corak Eropa, Cina, Arab, dan Madura oleh Lauw Piango. Layaknya keraton peda umumnya, Keraton Sumenep terdiri dari gerbang utama, pendopo, bangunan utama dan taman sare
Labang Mesem
/. Pintu tersenyum
Gerbang utama menuju keraton. Tepat di sebelah timur pendopo ada arca yang berbentuk seseorang yang tersenyum. Arca tersebut terlihat tepat lurus dari luar pintu gerbang keraton.
Pendopo
Tempat menyambut tamu-tamu besar yang berkunjung ke Sumenep, pun tempat digelar pertemuan penting dan acara budaya.
Gedung Utama
Tempat istirahat para Adipati dan digunakan untuk melakukan kegiatan pemerintahan
Taman Sare
Pemandian putri Adipati. Memilki 3 pintu air yang konon memiliki khasiatnya sendiri.

Asta Tinggi

Asta Tinggi merupakan komplek pemakaman para Raja Sumenep beserta keturunannya.
Dibangun sejak abad 17 berjarak 2,5 km dari arah barat Keraton Sumenep.
Disebut Tinggi karena berada di daerah tinggi perbukitan Sumenep.
Asta diartikan sebagai makam dalam Bahasa Madura.
Banyak wisatawan berkunjung untuk berziarah.

Masjid Jamik

Dibangun pada 1779 Masehi, setelah pembangunan kompleks keraton dengan arsitek yang sama yaitu Lauw Piango
Merupakan bangunan pendukung keraton sebagai tempat ibadah keluarga Keraton dan Masyarakat
Arsitektur bangunan masjid dipengaruhi unsur kebudayaan Tiongkok, Eropa, Jawa, dan Madura
Pintu masuk utama masjid dengancorak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok
2 tempat khotbah indah yang di bagian terdapat pedang yang berasal dari Irak
Ukiran jawa menghiasai 10 jendela dan 9 pintu besarnya
13 pilar dalam masjid yang mengartikan rukun solat

Kota Tua Kalianget



  Kota Tua Kalianget merupakan salah satu kota modern pertama di Pulau Madura, Kota ini di bangun pada masa VOC dan diteruskan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Kalianget di kembangkan menjadi kota dikarenakan letaknya yang sangat strategis dan merupakan bandar pelabuhan tersibuk di selat Madura. Pelabuhan tertua di Sumenep adalah pelabuhan Kertasada, lataknya sekitar 10 km dari pusat kota Sumenep. Ketika Sumenep jatuh ke tangan VOC pada tahun 1705, VOC mulai membangun sebuah benteng yang terletak di Kalianget barat, namun dikarenakan posisinya yang kurang strategis dan berbatasan langsung dengan laut selat Madura, Benteng tersebut urung dibangun, maka oleh masyarakat sekitar daerah tersebut dikenal dengan nama "Loji Kantang" .
Setelah VOC dibubarkan, maka Pemerintah Hindia Belanda mengambil alih kekuasaan ke dalam pengelolaan lahan Pegaraman Sumenep. Tahun 1899, pihak pemerintah membangun Pabrik Garam Briket Modern, pertama di Indonesia. Disinilah berbagai fasilitas pendukung industri tersebut dibangun, tak hanya bangunan pabrik, fasilitas Listrik yang terpusat di Gedung Sentral, Lapangan Tenis, Kolam renang, Bioskop, Taman Kota, hingga pemukiman bagi pegawai dan karyawan mulai tersebar di kawasan ini. Hal ini sebagai bukti bahwa Hindia - Belanda kala itu dengan kuatnya memonopoli hasil garam yang ada di Madura. Sebagai sarana pendukung pendistribusian hasil garam, fasilitas transportasi berupa trem uap, dan pelabuhan juga di sediakan di kawasan ini.